Rain - The Love Story

Dalam teduh hujan kita berjumpa.
Dalam dingin hujan kita berpisah.
Dalam banyak peluang, hujan yang menyatukan kita

Satoshi berpikir, dia akan bahagia-bahagia saja dengan kehidupan jomblo nya. Oh ralat, dengan "single-free-life-style"nya. Bebas dari sms-sms tidak jelas, telpon-telpon mendadak, baper berlebihan, dan sebagainya. Meskipun dia sepenuhnya sadar bahwa suatu saat dia harus jatuh cinta.

Yah, setidaknya dia "aman" sampai saat itu tiba.

Dedik dimana dia mulai mempertanyakan apakah benar tidak ada yang namanya kebetulan?

Berawal dari aksi lari-larinya dihalaman belakang gedung olahraga, dan tanpa sengaja bertabrakan dengan seorang gadis tomboy, yang sukses membuatnya terpaku selama beberapa detik.

Gadis dengan kulit putih langsat, mata coklat gelap, rambut terikat erat dan lepek, baju olahraga yang basah kuyup dan sepatu kets yang ternoda oleh tanah. Dan raut wajah gadis itu tampak kosong, seperti ada aura mistis yang menarik Satoshi.

Atau mungkin itu hanya imajinasinya yang berlebihan.

Satoshi segera tersadar, mengulurkan tangan dan mengajak gadis tidak dikenalnya itu berteduh dibawah atap gedung olahraga. Hening membentang menyiksa diantara mereka, membuat Satoshi semakin terfokus pada rasa dingin yang menusuk.

Secara spontan -- sepenuhnya diluar kendali -- dia mengusulkan agar mereka masuk saja kedalam lapangan batminton dan dapat mengeringkan badan. Dan ajaibnya, gadis itu mengiyakan.

Satoshi nyaris saja berkata "tidak" andai saja dia tidak melihat betapa pucat bibir gadis itu. Dalam hati ia bertanya tanya, apa gadis ini tidak takut padanya? mungkin lebih spesifiknya, apa gadis itu tidak takut pada laki-laki yang tidak dikenal?

Berusaha berpikir positif, Satoshi menganggap bahwa gadis itu terbiasa dengan kehadiran laki-laki yang tidak dikenal, dia enggan untuk berpikir lebih jauh.


"Namaku Satoshi Kagawa, kamu?" kata Satoshi dengan kaku, seraya menyodorkan sekaleng lemon hangat


"Aku Mayumi Naruse." jawabnya, meraih minuman itu dari tangan Satoshi.


Matanya yang sendu, rambutnya yang hitam legam, dan kulit pucatnya membuat Satoshi memperingatkan dirinya agar tetap bernafas. Gadis ini memang mempesona


"oh terima kasih ya" ucap gadis itu, baru teringat akan lemon yang sudah disesapnya hingga setengah.


Satoshi mengangguk sekilas "boleh aku tanya sesuatu?"


Gadis itu mengangkat satu alisnya dengan songong, nyaris membuat Satoshi berjengkit " Kamu kelas 2 - B ya? " mungkin pertanyaan itu adalah awal yang baik bagi Satoshi


***


Ekor mata Satoshi menangkap sosok gadis itu. Sudah sedari tadi dia menunggu gadis aura mistis tersebut muncul. Berpura pura dengan kebetulan dia menyadari kehadiran Mayumi, Satoshi menyapa. "Naruse-san.."

Mayumi menoleh, lalu tersenyum sekilas dan kembali sibuk bersama teman-teman nya. Mayumi begitu tomboy dengan balutan rok pendek kotak-kotak, kemeja yang ditutupi sweater hitam, stocking biru malam dan sepatu khusus sekolah. Rambutnya dibiarkan tergerai bebas tanpa riasan apapun, sederhananya. Tidak ribet.

Tidak seperti gadis kebanyakan.

Dan Satoshi mulai bertanya-tanya mengapa detak jantungnya mulai tidak normal akhir-akhir ini, jika beranggapan bahwa dirinya menyukai Mayumi, itu dirasa sedikit berlebihan. Sebab, Satoshi hanya sekedar mengagumi Mayumi, wajar kan? seorang anak laki-laki normal yang mengagumi perempuan dengan paras menawan yang menarik hati.

Namun, Satoshi mulai mengutuk dirinya ketika dia merasa begitu senang saat Mayumi menanyakan akun Facebook nya dan taraaaa.. menambahkan teman duluan di Facebooknya, dan konyolnya, Satoshi bahkan sempat melompat girang sebelum akhirnya menghempaskan kepala nya ketumpukan bantal diatas kasur.

Dia mulai sinting gara-gara Mayumi.

Dan demi memuaskan rasa penasarannya mengenai "all about Mayumi", dia mulai jadi stalker. Dia selalu mengecek akun sosial Mayumi. Falling love, dan virus " ai no nervosa " mulai mengerang hatinya, mulai akut, mulai serius, stadium satu.


***


Anime : Naruto, Kuroshitsuji. Warna : kuning, hitam. Makanan : Ramen, dango. Tinggi : 169 cm. Berat : 52 kg. Hobi : tidur, mengerjai orang. Nama kecil : Mayu-mayu. Tanggal Ultah : 15 Juli. Usia 18 Tahun. Pelajaran kesukaan : Bahasa Inggris.

Daftar itu membuat Satoshi terus memasang senyum geli. Dia jadi bingung sendiri, haruskah dia mengungkapkan rasa sukanya? apa Mayumi tidak keberatan ya ? pikiran Satoshi melayang, bayang-bayangan wajah bersinar Mayumi yang sedang tersenyum menghipnotis otaknya, membuatnya menjadi tidak normal. Dalam artian berbeda tentunya.

Satoshi berseru tertahan, dia menggigit bibir bawahnya teriakan " aku mencintaimu Mayumi "nya tidak terdengar sejuta umat, jika terdengar, malu lah ia sepanjang sisa tahun ini. well, cinta memang memabukkan.

Namun, satu hal yang membuat Satoshi mengerut, adalah fakta atau hanya sekedar gosip bahwa mayu hime pujaan hatinya tersebut adalah seorang...

Fojushi ( suka melihat laki laki yang mencintai laki laki "yaoi" "HOMO" )

Dan ditengah penasarannya, Satoshi mendengar (tidak) langsung dari mulut Mayumi sendiri, saat mereka berada dilaboratorium Sosiologi.


"aku fujoshi.. gak percaya ?" seru Mayumi dipojok ruangan bersama teman-surat-perangkonya (yang belakangan diketahui oleh Satoshi), yaitu Hna, Mai, Rei, dan Yuki.


"Mayu chan, kamu gak malu apa ? kamu itu wanita" timpal cewek berambut pendek sebahu, lebih pendak dari Mayumi. Yuki.


"aku paham yuki chan, don't worry about that" Mayumi berkilah.


"Mayu-Mayu, kamu gak merasa aneh ?" Mai menggelengkan kepala gusar,  " ini pasti sudah lama, sejak kapan? " 


"Sejak kelas 3 SMP" Mayumi nyengir lebar.

Hana berkacak pinggang, ikatan ekor kudanya bergoyang lembut.

"Up to you deh say, you're weird for me."


"Hell yeah, not weird, Hana, its unique, bedakan." sanggah Mayumi menyakinkan, plus aksen inggris yang nyaris perfecto. "Everyone has unique side each." bahasa dunia itu mengalih terus dari bibirnya yang merona pink, membuat Satoshi berpikir bahwa cewek itu benar-benar bukan tandingannya dikelas bahasa inggris.

Sederet angka merah pernah tercap dilembar ulangan Satoshi. Ah, sebaiknya lewatkan saja detailnya.

Satoshi sempat syok, dan seminggu lamanya dia berusaha menghindari Mayumi. Walaupun kadang dengan hati kecut, dia memalingkan wajah dari sapaan hangat Mayumi, setiap mereka bertemu.

Satoshi jadi uring-uringan. Tidak habis pikir dia bisa menyukai cewek se-ekstream itu, penampilan luar sungguh menipu. Walaupun kenyataannya, ucapan Mayumi memang benar.

Everyone has unique side each.

Dan dalam seminggu, Satoshi mulai meragukan perasaannya.


***


Hujan terus mengguyur bumi sedari 30 menit yang lalu. Satoshi begitu menikmati kesendiriannya diperpustakaan, bersama buku ai no sora to kimi ni, sebuah novel dramatis yang membuat baper, plus airmata terkuras.

Sebuah novel yang bercerita bahwa hujan selalu jadi perantara mereka, aroma tanah yang menguar, menambah benih cinta dihati koko dan riki, dua sejoli yang sedang jatuh cinta dalam novel tersebut.

Satoshi semakin hanyut dalam arus mengarukan novel itu, hingga mmatanya terasa panas dan pandangannya mengabur oleh airmata. lalu tanpa aba-aba, tanda-tanda, atau apapun, sebuah suara membuat jantunnya mencelos, memisahkannya dari dimensi pikiran yang menghanyutkan.

Suara berbisik, begitu pelan "Satoshi?" dan jreng.. mata Satoshi langsung bertumpuk dengan tatapan dingin Mayumi.

Mayumi tetap seperti biasa, tanpa dasi, lengan digulung, stocking hitam kasual dan sederhana, bedanya, Mayumi masih mengikat rambutnya, Dan otomatis, membuat kedua telinganya kelihatan, telinga kiri tanpa anting dan telinga kanan double anting, dia mirip berandalan.

"anuu, ada apa ?" tanya Satoshi gugup


"gapapa" jawab Mayumi "aku hanya menyapa. Kamu akhir akhir ini jadi sombong, tidak membalasa sapaanku sedikitpun" nada bercanda dan serius tumpang tindih pada kalimat tersebut.


"Kamu..... marah?"


"Haha, becanda, apa aku kelihatan serius? maaf ya Satoshi-kun"

Satoshi-kun?

Barusan Mayumi menyebutnya se akrab itu? Satoshi dibuat kepayang selama beberapa detik, sebelum ingat betapa mengejutkannya gadis ini.

"Ehm, panggil aku Mayumi saja, biar akrab." Mayumi tersenyum, dan lagi-lagi membuat otak Satoshi sendat. Haruskah senyum Mayumi seindah itu?

Racun jatuh cinta memang ampuh.

"oke.." Sahut Satoshi, nyaris tidak terdengar, tanpa ia ketahui, ' ai no nervosa'nya memasuki jenjang yang kebih serius, membahayakan, dan semakin menyebar. Stadium dua.
pertemuan ajaib diperpustakaan itu awal dari janji-janji berikutnya.


***


"Mayumi, bagus yang mana?" tanya Satoshi sambil menunjukkan dua buah buku tentang 'cara membuat game virtual'


"Ehm... bagus yang kanan." jawab Mayumi. "kamu mau bikin game?" 


"iya," lalu ekor mata Satoshi melirik sampul buku yang sedang dibaca Mayumi. "kamu suka psikologi?"


"iyaa.. aku mau jadi psikologi" 


"keren.. Eh, aku lapar, makan yuk"


"kamu teraktir?"


"iya. ya enggaklah, Mayu,,, aku gapunya cukup uang sekarang, lusa deh kuteraktir makanan manis ya?" 


Mayumi pura-pura merajuk, dia mengerucutkan bibir dan memutar bola matanya jengkel, sayangnya, Satoshi tidak lagi terpengaruh, mengingat beresamaan mereka selama 6 minggu akhir-akhir ini.


"becanda,," Mayumi menepuk bahu Satoshi. " aku gak akan pernah minta teraktir beneran kok, makan apa kita ? "


"Ramen? atau Udon?" Satoshi meminta persetujuan.


"Ramen deh.."

Sekilas mereka seperti berpacaran, jika saja Mayumi mau berpenampilan lebih feminim, misalnya. Mayumi tidak akan begitu tidak akan begitu, dia selalu sederhana, tidak ribet, dengan sweater hitam, jeans darkblue, syal abu abu, dan sepatu kets putih, rambutnya yang lurus digerai dengan bebasnya. Mereka berjalan beriringan menuju kedai ramen diujung jalan.

Satoshi selalu menyukai apapun yang dilakukan Mayumi, pada akhirnya dia menyadari, bahwa cinta itu sungguh nyata, dari pertama kali, Mayumi sudah mengisi satu-satunya ruang kosong dihatinya, dan Satoshi benar-benar percaya

Love is haven't reason

Dan Satoshi selalu bergumam, semoga semuanya akan indah pada waktunya

"Satoshi..... kamu punya pacar?"

Satoshi nyaris terjengkang jika saja dirinya tidak buru-buru menelan kuah panas ramen ketenggorokan, yang otomatis membuatnya tersedak.

"kamu gapapa? Satoshi-kun" Mayumi menyodorkan minuan yang tentu saja langsung diteguk Satoshi. Kerongkongannya terasa terbakar.

"uhuk.. uhukk... maaf ya" Satoshi masih terbatuk. sudut matanya berair, sialan memang.

"Maaf kalau itu meninggung, aku sumpah gak bermaksud begitu..." 

"gapapa, aku cuma terkejut, ga ada yang pernah bertanya padaku soal itu, teman-teman ku juga, mereka tahunya aku 'single free life style'. hehe.."

"Ohh... prinsip mu keren. aku suka itu, aku juga.."

"ha? yang suka sama kamu kan banyak, keren keren lagi"

"bleh.. yang naksir kamu juga cantik cantik, imut ya kayak gitu, ga ada yang kaya aku."

"oh ya? " Satohi memasang wajah konyolnya, hingga membuat tawa Mayumi pecah.

"hahahahaha..." dan ketia melihat tawa itu, kupu-kupu dalam perut Satoshi berterbangan, menimbulkan rasa geli dan hangat bersamaan.

Apakah cinta rasanya selalu semenggelikan ini?


***



9 bulan.

9 bulan Satoshi menykai Mayumi, apalagi yang dia tunggu untuk mengungkapkan perasaannya? tentu saja waktu yang tepat, dia justru merasa sayang dengan jalinan pertemanan mereka yang terlanjur indah, yang terlanjur hangat.

Tapi jika tidak, ia tidak akan tahu, tidak akan pernah tahu apa perasaan Mayumi sebenarnya tetang hubungan tanpa status mereka, dan detik inilah saat yang tepat, sekaranglah waktunya.

Ketika Satoshi menggenggam pergelangan Mayumi dengan rahang mengeras, disertai tatapan jengah Mayumi, tidak sabar, waktu terus berjalan, walau dengan kecepatan yang begitu lambat bagi Satoshi, rintik hujan mengenai bulu mata panjang Satoshi, tertahan, lalu jatuh dengan anggun kepermukaan tanah, bibir Mayumi yang mulai memucat membuat Satoshi ingin mengecupnya, (kyaaa) sekedar mengalirkan rasa hangat yang menyenangkan.

Rambut Mayumi lepek, seragam mereka basah, Satoshi melepas kacamatanya, membiarkannya terkulai disamping tubuhnya, dia menarik nafas, lalu membuangnya dengan berat, demi mengatakan sepatah kata yang membuat angin berhembus kencang, membuat dahan pohon-pohon berderak

"AKU MENCINTAIMU"

Dan waktupun rasanya membeku sepersekian detik lamanya, melaju lambat, memperjelas cara mata Mayumi terbelalak kaget, seperti adegan slow motion hingga bibir pucat Mayumi berdekis pelan..

"aku .... gak bisa"

Satoshi mendesah lesu, dia sudah mengantisipasinya, ekspresinya langsung layu, hilang sudah seluruh rasa percaya diri dan keberanianya, cintanya memang bertepuk sebelah tangan.

"maaf.." gumam Mayumi, Satoshi melepaskan tangan Mayumi, yang membuat tangan itu terkulai disisi sigadis tomboy tersebut. " aku bukannya gak mau, aku hanya gak bisa "

"kamu.... punya pacar?" setengah mati, Satoshi menyemburkannya.

Mayumi menggeleng " aku takut untuk mempercayai "

"apa lebih tepatnya?"

"perasaanku sendiri, aku juga takut saat aku begitu mengharapkan mu, kamu ternyata bukan jodohku"

"..." hujan mengisi kekosongan diantara mereka, begitu dingin, menusuk, mengheningkan.

"maafkan aku, aku benar benar minta maaf" desis Mayumi lagi, lalu mereka saling memutar tumit dan melangkah sambil memunggungi tubuh satu sama lain, berpisah.

Hingga Satoshi dengan luapan rasa sakitnya berbalik, mengejar, mencengkram bahu Mayumi (kyaa) membaliknya dan merangkulnya dengan tangan yang terbentang lebar, memberikan seluruh energi kehangatan pada Mayumi, menyadari dengan pasti, bahwa Mayumi telah mencuri hatinya walaupun pada akhirnya tidak terjadi barter perasaan diantara mereka.

"Terima kasih banyak, Mayuhime" bisik Satoshi lembut, cepat dan hangat ditelinga Mayumi, sampai sesaat kemudian dia melepaskan pelukannya dan berlari menjauh dengan hati remuk.

Bagi Satoshi, kisah cintanya sudah tamat.


***



Hujan mengguyur kota, menimbulkan aliran 'sungai' dikaca jendela gara-gara tetesan airnya yang menghujam, menurunkan suhu dan membuat orang orang lebih suka menonton TV dalam balutan selimut, ditemani dengan segelas coklat hangat, kopi, atau teh.

Mayumi kembali dari dapur, membawa dua gelas coklat hangat yang mengepulkan uap panas, setengah jengkel melihat lelakinya begitu terpaku pada TV dan tidak memperhatikan dirinya, bahkan yah, seorang Mayumi pun cemburu pada TV.

Begitu posesif nya, Mayumi melesak kedalam selimut, mengiri ruang kosong disamping kekasihnya, membuat laki-laki itu berjengkit, kemudian tertawa melihat kelakuan Mayumi.

"Kenapa? dingin ya?" tanya laki-laki itu, merengkuh, melingkari tubuh Mayumi dengan mesra, membuat semburat merah muda menghiasi wajah Mayumi.

Buru-buru Mayumi memfokuskan pandangan pada layar TV 32 inch.

"Kamu keasyikan sama TV, Sampai istri sendiri gak dihiraukan."

"Kan gak segitunya juga dar " bibirnya mendarat dikening Mayumi.

"Tetap saja.." 

"Iya, iya deh.. oya kapan kita... mau punya anak?"

"Ntar dulu lah, aku belum siap, nanti kita konsultasi kedokter, sayang "

"Ehm Mayuhime," panggil laki-laki 'rain prince'nya tersebut

"Ya?.."

"Aku sangat mencintaimu..." 

Mayumi tersenyum. "aku juga sangat mencintaimu" kemudian mengecup bibir (kyaaa) hangat laki-laki tersebut. menimbulkan sensasi nyaman yang justru membakar hati, meluapkan seluruh rasa cintanya yang begitu besar, begitu tahan lama.

Dan laki-laki siapa lagi kalau bukan Satoshi Kagawa.

***

sumber gambar
http://thelostcolony.org/wp-content/uploads/2015/05/rain_umbrella_couple-other.jpg